Pada awal Juni 2025, Dewan Masjid Indonesia (DMI), lembaga keagamaan yang menaungi ribuan masjid di seluruh Indonesia, secara resmi mengeluarkan seruan nasional untuk membaca Qunut Nazilah dalam setiap salat berjemaah, khususnya salat Subuh. Seruan ini ditujukan kepada seluruh imam masjid dan komunitas Muslim sebagai bentuk solidaritas spiritual terhadap penderitaan umat Islam yang tengah menghadapi kekerasan dan krisis kemanusiaan di wilayah Timur Tengah, terutama di Palestina, Suriah, dan Yaman.
Seruan ini tak hanya menggema di lingkungan masjid perkotaan, tapi juga hingga ke desa-desa. Melalui khutbah Jumat, ceramah harian, hingga unggahan media sosial para dai dan tokoh agama, seruan DMI telah menjadi panggilan rohani yang menyatukan empati umat dalam lantunan doa.

BAB 2: Apa Itu Qunut Nazilah? Makna dan Sejarahnya
A. Pengertian Qunut Nazilah
Qunut Nazilah adalah doa khusus yang dibaca dalam salat untuk memohon pertolongan Allah saat umat Islam menghadapi musibah, penindasan, atau bencana. Kata nazilah sendiri bermakna “malapetaka” atau “bencana besar yang menimpa suatu kaum”. Doa ini bersifat temporer dan biasanya dibaca di rakaat terakhir salat, setelah rukuk.
B. Sejarah dan Dalil
Dalam sejarah Islam, Qunut Nazilah pertama kali diamalkan oleh Rasulullah SAW saat menghadapi pembantaian terhadap 70 sahabat penghafal Al-Qur’an di Bir Maunah. Nabi SAW membaca Qunut Nazilah selama sebulan sebagai bentuk protes dan doa kepada Allah atas kezaliman yang menimpa para sahabat.
Praktik ini kemudian diikuti oleh para sahabat, tabi’in, dan ulama generasi selanjutnya sebagai salah satu bentuk respons spiritual terhadap tragedi yang dialami umat Islam di berbagai belahan dunia.
BAB 3: Latar Belakang Seruan DMI
A. Kondisi Krisis di Timur Tengah
Seruan DMI tidak lahir dalam ruang hampa. Krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina, khususnya Gaza, telah mencapai titik nadir, dengan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, menjadi korban agresi militer. Serangan udara, blokade bantuan, serta penghancuran infrastruktur sipil telah memperburuk kondisi kehidupan di sana.
Selain Palestina, Suriah masih belum pulih dari konflik berkepanjangan, sementara Yaman menghadapi kelaparan parah akibat perang saudara dan intervensi asing. Konflik di Lebanon Selatan, ketegangan di perbatasan Israel-Iran, serta dampak perang di wilayah Kurdistan turut memperkeruh situasi di kawasan tersebut.
B. Kegagalan Dunia Internasional
Dunia internasional dinilai belum cukup efektif menyelesaikan konflik, bahkan terkesan tidak adil dalam merespons pelanggaran hak asasi manusia. Seruan DMI menjadi semacam pengingat bahwa umat Islam memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk terus menyuarakan keadilan, meski hanya melalui doa dan solidaritas dari jarak jauh.
BAB 4: Isi Seruan DMI secara Lengkap
Dewan Masjid Indonesia, melalui surat edaran tertanggal 5 Juni 2025, menyampaikan poin-poin penting berikut:
- Mengimbau seluruh masjid di Indonesia membaca Qunut Nazilah, khususnya dalam salat Subuh berjemaah, sampai ada pengumuman penghentian.
- Mengajak khatib Jumat dan penceramah untuk menyampaikan khutbah dan ceramah tentang pentingnya solidaritas umat Islam terhadap penderitaan saudara di Timur Tengah.
- Mengimbau umat Islam menyisihkan sebagian harta untuk donasi kemanusiaan yang akan disalurkan melalui organisasi kemanusiaan tepercaya.
- Menyerukan agar media dakwah Islam turut menyuarakan empati, doa, dan ajakan untuk menjaga persatuan umat dalam menghadapi isu global.
BAB 5: Respons Ulama dan Ormas Islam
A. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI menyambut baik inisiatif DMI dan menganggapnya sebagai bentuk ta’awun atau tolong-menolong dalam kebaikan. Dalam pernyataannya, MUI mendorong agar Qunut Nazilah juga dijadikan momen refleksi untuk memperbaiki hubungan sosial dan kepedulian terhadap sesama umat manusia.
B. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
Kedua ormas besar ini turut mendukung seruan Qunut Nazilah. NU melalui Lembaga Dakwah PBNU menyatakan bahwa qunut merupakan bagian dari tradisi Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup dalam masyarakat. Muhammadiyah pun, meski dalam praktik ibadah harian tidak selalu menggunakan qunut, menyampaikan bahwa doa bersama dalam bentuk lain juga dapat menjadi sarana menunjukkan solidaritas.
BAB 6: Suara dari Masjid dan Masyarakat
A. Imam-Imam Masjid Menyambut Seruan
Di berbagai kota, mulai dari Jakarta, Yogyakarta, hingga Makassar dan Padang, para imam masjid mulai membaca Qunut Nazilah dalam salat berjemaah. Banyak dari mereka menyampaikan harapan agar doa-doa tersebut memperkuat ikatan batin dengan saudara-saudara seiman yang sedang menderita.
B. Respons Jamaah dan Emosi Kolektif
Jamaah masjid mengaku merasa lebih terhubung secara emosional dengan krisis Timur Tengah setelah mendengar dan mengaminkan Qunut Nazilah. Tangis haru sering terdengar di akhir doa, terutama ketika imam menyebut anak-anak Palestina dan perempuan Suriah yang menjadi korban.
BAB 7: Qunut Nazilah dan Spirit Perlawanan Non-Kekerasan
Qunut Nazilah bukan sekadar permohonan pertolongan, tetapi juga simbol perlawanan spiritual terhadap ketidakadilan. Dalam banyak kasus, kekuatan doa telah menjadi pelipur lara sekaligus bahan bakar perjuangan bagi komunitas yang tertindas.
Membaca Qunut Nazilah menunjukkan bahwa umat Islam tidak menyerah dalam diam. Ia menjadi bentuk nonviolent resistance yang menyuarakan penderitaan melalui salat, mengingatkan penguasa, dan menyatukan umat dalam perjuangan moral dan spiritual.
BAB 8: Kekuatan Solidaritas Umat Islam Indonesia
A. Indonesia dan Peran Geopolitik Muslim Dunia
Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia memiliki pengaruh moral besar dalam isu Palestina dan Timur Tengah. Ketika jutaan warga Indonesia bersatu dalam doa dan aksi kemanusiaan, pesan itu tidak hanya terdengar oleh langit, tapi juga dunia internasional.
B. Sumbangsih Dana dan Aksi Nyata
Bersamaan dengan seruan Qunut Nazilah, berbagai lembaga filantropi Islam seperti Baznas, Dompet Dhuafa, dan ACT menggalang donasi untuk Palestina. Ribuan masyarakat menyumbang, menunjukkan bahwa solidaritas tidak berhenti pada doa, tapi juga pada tindakan nyata.
BAB 9: Tantangan: Jangan Biarkan Solidaritas Redup
A. Bahaya “Kejenuhan Isu”
Salah satu tantangan dalam menyikapi isu Palestina dan Timur Tengah adalah kejenuhan media dan publik. Saat berita tidak lagi viral, perhatian pun mulai luntur. Inilah pentingnya konsistensi spiritual seperti Qunut Nazilah yang menjaga kesadaran kolektif tetap menyala.
B. Perlu Kolaborasi Global Muslim
Doa di masjid-masjid Indonesia seharusnya terhubung dengan gerakan internasional. Kolaborasi antara komunitas Muslim global bisa memperkuat tekanan diplomatik terhadap negara-negara agresor, sekaligus mendorong penyaluran bantuan kemanusiaan yang efektif.
BAB 10: Penutup – Doa, Empati, dan Tindakan Nyata
Qunut Nazilah bukan akhir, tetapi awal dari kesadaran spiritual, sosial, dan kemanusiaan umat Islam terhadap krisis di Timur Tengah. Seruan Dewan Masjid Indonesia bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk menghidupkan kembali hati nurani kita terhadap penderitaan sesama.
Solidaritas sejati tidak cukup hanya dengan mengangkat tangan dalam doa, tetapi juga membuka dompet untuk berdonasi, membuka mulut untuk menyuarakan keadilan, dan membuka hati untuk terus peduli.
Semoga Allah menerima doa-doa kita, melindungi saudara-saudara di Timur Tengah, dan menjadikan kita umat yang tidak hanya religius secara ritual, tetapi juga kuat dalam moral dan tindakan.
Baca Juga : Viral Maia Estianty Salaman dengan Mulan Jameela Jelang Pernikahan Al Ghazali: Hati Seluas Samudra?